Selasa, 06 Agustus 2013

TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA

TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA
      
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”(Q.S. 3:120)
Pendidikan  Islam memiliki cakupan yang sangat luas, hal ini karena Pendidikan Islam itu banyak memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Maka dari itu  pendidikan  Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi petunjuk – perintah dan larangan -  yang digunakan oleh manusia untuk  menjalani kehidupannya di dunia dengan sejahtera serta   menyiapkan kehidupan yang selamat  di akhirat nanti. Disamping itu, pendidikan Islam juga merupakan pendidikan manusia seutuhnya yang dapat membina seluruh aspek kehidupan baik jasmania maupun rohania, agar manusia dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat atau lingkungannya, juga bagi bangsa dan negaranya.
Pedoman Ajaran Islam dalam Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan manusia selalu ada proses yang harus dilalui, oleh karena itu pendidikan Islam harus mencakup beberapa hal sebagai pedoman, agar dapat berjalan dengan seimbang sesuai dengan capaian hasil yang sejalan dengan ajarannya, antara lain: 1. Hubungan manusia dengan Allah Swt.,2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, 3. Hubungan manusia dengan sesama manusia, 4. Hubungan manusia dengan makhluk lain (alam sekitar). Keempat rumusan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut dibawah ini:
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan vertikal antara makhluk sebagai hamba dengan Khaliqnya yang merupakan prioritas utama  dalam pendidikan Islam. Dalam melaksanakan  hubungan ini seorang hamba harus benar-benar yakin  bahwa Allah yang menciptakannya, maka berserah diri kepada-Nya, dan selalu  bersyukur kepada-Nya atas berbagai  nikmat yang diberikan.adalah bentuk ketaatan seorang hamba. Dengan meyakini bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Maha Pengasih dan Penyayang, maka manusia harus banyak bersyukur kepada-Nya, seperti dengan selalu mengingat-Nya, malakukan shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Dalam melakukan shalat dan berdo’a, seorang hamba harus melakukannya dengan cara sungguh-sungguh, segala pikiran dan perasan harus banar-banar terkonsentrasi kepada-Nya, Tidak  memikirkan yang lainnya, selain Allah semua yang ada itu kecil dan bukan apa-apa. Begitu juga ketika seorang hamba sedang berdo’a harus dengan sungguh-sungguh dan penuh harap agar permohonan yang dimintanya  dikabulkan. Setelah melakukan do’a dan berikhtiar, seorang hamba harus juga berserah diri kepada-Nya karena memang hanya kepada-Nya lah segala urusan dikembalikan.  Sedangkan  yang menjadi inti dari hubungan antara manusia dengan Allah yaitu seorang hamba harus bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benar taqwa, dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dengan melakukan taqwa maka  jiwa dan batinnya akan merasa tentram.
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri atau Interpersonal adalah hubungan manusia sebagai makhluk individual yang membutuhkan perhatian bagi dirinya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan rasa aman. Dengan melakukan hubungan ini manusia sebagai makhluk individual harus benar-benar memperhatikan akan kebutuhan dirinya sendiri. Kebutuhan akan kesehatan misalnya, agar kebutuhan ini terpenuhi maka dia harus menjaga kesehatan dirinya, misalnya dengan banyak berolah raga, tidak meminum-minuman keras, tidak memakai obat-obatan terlarang seperti narkoba, dan lain-lain, tidak melakukan perzinahan, tidak terlalu banyak nongkrong dan sebagainya. Landasan berfikir  yang mendasari hal tersebut,  dikarenakan bahwa seluruh anggota tubuh kita mempunyai hak untuk dilindungi  dan dipelihara agar tetap menjadi sehat. contohnya mata kita mempunyai hak, maka dari itu harus dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, perut kita juga punya hak, maka perlu untuk memenuhi  hak-haknya dengan cara memakan makanan yang halal dan  baik,  otak kitapun harus kita jaga , dari  kerusakan pada sel-sel atau saraf-sarafnya untuk tidak   mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan mengotorinya dengan berfikir yang merencanakan kejahatan dan seterusnya.  Selain menjaga kesehatan fisik, manusia juga harus menjaga kesehatan jiwanya, misalnya dengan  banyak melakukan ibadah kepada Allah dan selalu mengingatnya,

Hubungan manusia dengan sesama manusia merupakan  hubungan horizontal dalam kehidupan bermasyarakat. Pada hakikatnya manusia itu saling membutuhkan antara yang satu dengan  lainnya, maka bisa dipastikan bahwa manusia tidak akan “bisa hidup” tanpa orang lain. Oleh karena itu  dalam hal hubungan manusia dengan sesama ,Ajaran  Islam sangat menganjurkan adanya sikap saling tolong menolong, saling menasehati tentang hak dengan  kesabaran, kesetiakawanan sosial, egaliter, dan tenggang rasa kebersamaan. Ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, warna kulitnya, dan bahasanya, akan tetapi ditentukan oleh ketaqwaannya yang ditunjukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia yang lain.
Sebagai contohnya dalam hal tersebut  dapat kita jumpai dari beberapa hadits Rasulullah yang banyak berpesan agar selalu memperhatikan tetangga yang ada di sebelah, jangan kenyang sendiri sementara tetangganya menderita kelaparan, jangan mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar  atau selalu mencela yang membuat orang lain merasa tersinggung, hendaklah setiap orang itu menyambung dan mempererat  tali silaturrahim, memuliakan tamu yang berkunjung ke rumah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Menurut penelitiaan yang dilakukan Jalaludin Rahmat yang dikutip Abuddin Nata, Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah. Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah (dalam arti khusus). Hal demikian dapat kita lihat misalnya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (diqashar atau dijama’ dan bukan ditinggalkan). Dalam hadits Rasulullah mengingatkan imam supaya memperpendek bacaan shalatnya bila di tengah jama’ah ada yang sakit, orang lemah atau orang tua.
Selanjutnya Islam juga menilai bahwa ibadah yang dilakukan secara berjamaah atau bersama-sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi daripada shalat yang dilakukan secara perorangan dengan perbandingan 27 derajat. Islam juga menilai jika urusan muamalah seorang hamba tidak baik maka urusan ibadahnya pun masih belum diterima, misalnya orang yang berbuat zalim tidak akan hilang dosanya meskipun dengan membaca zikir seribu kali, dan bahkan dari beberapa keterangan bahwa ibadah ritual tidak diterima bila pelakunya melanggar norma-norma muamalah.
Hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya (ekosistem) merupakan hubungan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang tugasnya adalah untuk mengatur, memanfaatkan, mengolah atau mengelola alam dan lingkungan secara optimal serta  benar. Dengan melakukan hal seperti ini seseorang bisa dikatakan telah cinta kepada tanah air, cinta  tanah air tidak akan melakukan hal-hal yang sifatnya bisa merusak tanah airnya atau negaranya, seperti malakukan penebangan hutan secara liar (ilegal logging) karena bisa menyebabkan erosi dan banjir, tidak melakukan pemburuan terhadap satwa-satwa, tidak melakukan pertambangan liar secara membabi buta, tidak melakukan eksploitasi alam secara berlebihan, tidak  melakukan pencemaran terhadap lingkungan dan sebagainya.
Mencintai  tanah air merupakan sebagian dari iman seseorang (hub al-wathan min al-iman). Hal ini juga bisa kita cermati dari suatu riwayat yang mengisahkan ketika nabi ingin meninggalkan kota Mekah dan berhijrah ke Madinah, beliau berucap “demi Allah sesungguhnya engkau adalah bumi yang aku cintai, seandainya bukan karena orang yang tinggal di sini mengusirku, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu” (H. R. Tirmidzi).  Mencintai bangsa dan negara juga merupakan ciri ciri orang yang beriman, semisal, apabila kita diberi amanat hendaknya tidak menyalahgunakan jabatan, tidak korupsi, dan kolusi, bertindak sewenang-wenang dll. Sebaliknya yang harus dilakukan adalah berfikir cerdas dan bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan perubahan yang lebih baik. Kita harus memelihara dan mempertahankan tanah air tumpah darah ini  dan jangan melakukan  kerusakan lingkungan  yang bisa membuat kerusakan dan kesengsaraan berbagai makhluk hidup.
Dengan melihat tujuan dari rumusan tersebut maka  tampak semakin jelas bahwa tujuan pendidikan Islam bukan saja diarahkan menjadi manusia dalam bentuk mengamalkan ajaran beragama dan berakhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan ilmu dan budaya, perkembangan masyarakat serta harapan ajaran Islam itu sendiri, terutama dalam membentuk manusia agar  mampu menunaikan tugas sebagai khalifah dan insan yang mengabdi kepada Allah SWT.  Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama itu adalah mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, sehingga mampu menunaikan tugas dan kewajibannya selaku makhluk Allah, kemudian mampu menjalankan dan membangun tugas-tugas kemasyarakatan, kebangsaan, keagamaan secara bersama-sama membangun peradaban Islam, dan tugas-tugas dalam membangun kehidupan bersama secara keseluruhan dengan sebaik-baiknya di permukaan bumi ini sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan menurut al-Qur’an dan al-Sunnah.

Penulis:  Drs.  Budi Setiyono
Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Simokerto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah berkunjung, jangan lupa post kan komentar dengan kata-kata yang sopan yaaa?
Terimakasih~